Senin, 24 Desember 2012

Bahaya Fitnah

Suatu ketika sebuah kisah besar menimpa Aisyah R.A, isteri Rasulullah Muhammad SAW. Isteri beliau difitnah selingkuh dengan salah seorang sahabat yang bernama Shafwan bin Mu’aththal. Orang-orang munafik menghembuskan dan menyebarluaskan  berita tersebut dengan tujuan mendiskreditkan keluarga Rasulullah SAW. Dengan menyebar fitnah orang-orang munafik  berharap Rasulullah SW beserta keluarganya  kehilangan kepercayaan dari kaum muslimin. Kepercayaan adalah landasan dari kesetiaan, sedangkan kesetiaan adalah pintu untuk sebuah dukungan, adapun dukungan  adalah pintu utama untuk mencapai suatu keberhasilan. 

Tahu akibat dari besarnya bahaya fitnah terhadap keluarga Rasulullah SAW terutama atas kelangsungan dakwah beliau serta  untuk membersihkan nama baik Aisyah RA. maka Allah SWT. menurunkan surat An-Nuur : 12, ‘’Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."  Dalam firman-Nya yang lain Allah SWT menandaskan bahwa “…fitnah lebih kejam dari pembunuhan…” (QS. Al Baqarah : 191).
Berawal dari fitnah keluarga bisa bubrah. Berangkat dari fitnah kerukunan dan persatuan umat bisa terbelah dan berangkat dari fitnah banyak hati yang tersakiti.
Bagi penyebar fitnah manakala tidak bertaubat maka mereka akan mendapatkan balasan sesuai dengan andilnya dalam menyebarkan fitnah tersebut.
Mereka-mereka yang intens dalam menyebarkan fitnah tersebut akan mendapat adzab yang besar. (QS. An-Nuur : 11),”Sesungguhnya orang-orang yang mengadakan bohong (terhadap Aisyah) ialah sekumpulan di antara kamu. Janganlah kamu kira, bahwa itu kejahatan bagimu. Tiap-tiap orang di antara mereka menanggung dosa yang diperbuatnya. Orang yang membuat dosa yang besar di antara mereka, untuknya siksa yang besar pula.”
Di antara orang-orang yang beriman haruslah tumbuh sikap saling mempercayai dan senantiasa berfikiran positif manakala mendengar berita fitnah yang menimpa saudara-saudaranya sesama muslim dan hendaknya selalu berbaik sangka (husnudzon) dan juga selalu membudayakan tabayyun, seraya mendengar bisikkan hati, tidaklah mungkin orang-orang beriman berbuat jahat.
Manakala berbuat jahat siapapun juga tentulah tidak tergolong orang yang beriman. Bagi orang-orang yang beriman  selain mempunyai amal saleh segala perbuatan, segala tingkah laku selalu berhati-hati dan segalanya berbingkai taqwa. 
Sesungguhnya penerapan ketaqwaan bagi orang yang beriman yaitu tidak akan begitu saja menerima sesuatu berita apalagi berita tersebut sangat sulit untuk dipercaya kebenarannya, apalagi yang menimpa saudaranya sesama muslim.
Kebenaran informasi haruslah diyakini lebih dulu karena akan menyangkut nama baik, harga diri serta martabat seseorang. Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari fitnah dan berbuat fitnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar