| |
Maulana
Syaikh kini telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, Rabb Yang Maha Agung,
Dzat Yang Maha Segalanya. Beliau ditutup usianya pada hari Selasa, 20
Jumadil Akhir 1418 H / 21 Oktober 1997 M. meninggalkan kesan mendalam
bagi seantero warga Nahdlatul Wathan, tidak saja di dalam negeri akan
tetapi kepergian beliau juga tembus sampai ke Timur Tengah, negerinya
para nabi dan rasul. Rasa hati yang pilu tidak bisa terbendung, air mata
menetes membasahi pipi, Maulana telah meninggalkan kita semua,
meninggalkan beribu-ribu hikmah yang tertanam di bumi Rinjani. Akankah
akan terlupakan mutiara-mutiara berharga, akankah teralpakan
zamrud-zamrud molek yang terpercik rata membekas indah di kening-kening
para pemikir, di dahi-dahi para pejuang, di tangan-tangan para penyelam
lautan hikmah. Subhanallah, senyum beliau mengalir, jiwa beliau kokoh
dan tegar. Pada cita-cita beliau ada jutaan asa setinggi Himalaya dan
Rinjani. Pada murid-murid beliau tertanam hamparan benua-benua yang akan
tumbuh subur menghijau, menaungi tanah-tanah kering, menyegarkan
lahan-lahan kerontang. Lalu tumbuh bunga-bunga harum dikelilingi embun
bersih berkilau. Semerbak di seluruh pelosok negeri. Kita komit
menegakkan perjuangan ini.
Kala
hayat beliau, nasehat-nasehat mengalir dengan lantunan yang indah dan
menawan bagai tetesan air mengalir menyejukkan hati yang gersang, bagai
semburan sinar mentari pagi menerangi jagat yang masih kelam.
Membangkitkan semangat dikala hati sedang rapuh dan pilu. Dikala ribuan
insan-insan lemah mengharap dorongan dan stimulan. Beliau bangkit
mengangkat tangan, menyeru untuk maju di tengah-tengah pertempuran.
Serentak. Allohu Akbar. Jubah putih bersih selalu menemani dihiasi
surban khas indah menawan. Gagah, berani dan santun. Dengan lembut
doa-doa beliau menyelimuti segala penjuru dan berharap kita semua
kompak, utuh dan bersatu untuk menegakkan agama melalui Nahdlatul
Wathan.
Harapan
itu masih ada dan tidak boleh kandas, tidak harus ambruk dengan
hantaman badai, dentuman peluru, sabetan keris atau pedang. Hanya dengan
keteguhan, keutuhan dalam kebersamaan dan persatuan yang tidak boleh
lepas dan terlupakan, kita akan terbentuk menjadi manusia yang mengalami
prosentasi secara HDI ( Human Development Index ) atau disebut juga IPM
( Indeks Pembangunan Manusia ), manusia yang secara fisik dan ruh
berkembang dengan ikatan-ikatan erat yang dibentuk para ulama’.
Saudara-saudaraku.
Harapan-harapan beliau yang menyuruh warganya untuk kompak, utuh
bersatu tidak pernah lepas dan tidak pernah dilupakan tatkala beliau
mempunyai kesempatan baik di majlis-majlis pengajian ataupun di
tempat-tempat lain. Kalimat kompak, utuh, bersatulah terus didengungkan
supaya menjadi perekat rasa kebersamaan yang beliau harapkan dari dunia
sampai akhirat.
Sesungguhnya
nilai beliau itu ada pada perbuatan baiknya, inovasi dan keunggulannya,
pada ilmunya, pada kedermawanannya, pada kelembutan sikapnya, pada
imannya, pada jihadnya, dalam sopan santunnya, dalam kemuliaannya dan
sifat serta gelar yang baik-baik.
Dengan
jemarinya yang lembut beliau menulis wasiat dalam Hizib Nahdlatul
Wathan yang tercatat pada tanggal 23 Ramadhan 1376 H/23 Maret 1957 M.
yang berbunyi :
اولادى الاوفياء.........وتلامذتى العقلاء
ان اكرمكم عندى.......انفعكم لنهضة الوطن
وان شركم عندى .......اضركم بنهضة الوطن
فصابروا ورابطوا وجاهدوا ثم جاهدوا فى سبيل نهضةالوطن لإعلاء كلمة الدين والوطن
تكون بحول الله تعلى من المجاهدين لدينه والبارين المخلصين فى السر والعلن.
فتح الله علينا وعليكم ورزقنا واياكم والمحبين الحسنى وزيادة.
Anak-anakku yang setia dan murid-muridku yang berakal.
"
Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisiku ialah yang paling banyak
bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan, dan sejahat-jahat kamu di
sisiku ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan".
Karena
itu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, berjuang/kemudian
berjuanglah di jalan Nahdlatul Wathan untuk mempertinggi citra agama dan
negara.
Niscaya
kamu dengan kekuasaan Allah SWT tergolong pejuang agama, orang shaleh
dan muhklis baik pada waktu sendirian maupun pada waktu bersama orang
lain.
Semoga
Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu, dan semoga Ia
menganugerahi nikmat tambahan yang tiada taranya yaitu melihat zat-Nya
dari dalam surga.
Kemudian dalam Wasiat Renungan Masa Maulana Syaikh menyebutkan pula :
" Wahai anakku kompak bersatu
Jangan terpikat bujukan hantu
Bersilat lidah setiap waktu
Di balik udang batu di situ
" Bahwa iblis dua macamnya
Yakni syaitan dan manusia
Yang paling bahaya iblis kedua
Karena lidahnya sangat berbisa
Maulana
Syaikh mengharapkan kebersamaan sesama Islam, berjuang atas nama Allah
tidak terpikat dengan bujukan syaitan yang nyata maupun tidak nyata
1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
6. Dari (golongan) jin dan manusia.
Hilangnya
kebersamaan tidak jarang menimbulkan malapetaka dan perpecahan.
Kejayaan Islam di masa lalu begitu disegani dan ditakuti oleh dunia
barat baik dari seni arsitekturnya, budaya, ilmu perang, ilmu politik
dan kegagahberanian tentaranya, sangat termasyhur pada masa itu. Sebut
saja pada zaman bani Umayyah, bani Abbasiyah dan masa-masa kejayaan
Islam yang tidak lain kemegahan dan kegemilangan itu diraih dengan rasa
patriotisme dan semangat kebersamaan. Namun apa yang terjadi pada era
sekarang, Islam tertindas di mana-mana, Irak negerinya hancur
porak-poranda, Palestina menjerit. Beribu-ribu ummat Islam dibantai oleh
kaum kafir laknatullah, tetapi Islam belum menunjukkan kekompakan
secara utuh bahwa Islam itu kuat, Islam itu mempunyai solidaritas, bahwa
sesama Islam di manapun berada adalah saudara kita. Ketika saudara kita
tertindas, kita harus merasakan penderitaannya dan berani berbuat untuk
membantu sesama. Yang terjadi justru hanya ada di beberapa negara kecil
saja yang peduli dan berani menyuarakan keberanian, itupun sangat
jauh dari negeri-negeri Islam yang dilanda bencana.
Mari kita wujudkan rasa kebersamaan untuk kejayaan Islam, negara dan bangsa kita. Ingatlah Allah berfirman dalam Surat Yunus : 19 :
Manusia
dahulunya hanyalah satu umat, Kemudian mereka berselisih. Kalau
tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu,
pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang
mereka perselisihkan itu. ( Yunus 19 )
Keberagaman
makhluk di muka bumi bukanlah untuk dipertentangkan, akan tetapi
sebagai wujud yang perlu dicerna untuk dipikirkan oleh kita bahwa kita
adalah hamba yang memiliki kelebihan dari makhluk apapun. Perkhilafan
pandangan bukan sebagai garis kebenaran mutlak untuk personal saja namun
harus ada bukti yang mendukung bagaimana kadar keunggulan yang
menunjang pendapat sesorang tersebut sehingga akan valid dan kuat
keabsahan ide ataupun gagasan yang dituangkannya.
Jika terjadi sebuah perbedaan, maka bukan harus diselesaikan dengan
kekerasan, pengintimidasian, ataupun memblack list rival hingga
menjatuhkannya. Tetapi yang sangat perlu, mari kita berfikir cerdas
melalu kebijaksanaan berdasar keadilan, karena Allah sesungguhnya tidak
menyukai perpecahan dan pembuat kerusakan, karena perpecahan hanya
mengkacaukan peradaban di muka bumi. Bangsa Irak yang terkenal dengan
keagungan dan kemegahannya pada masa-masa khalifah Abbasiyah harus
tumbang karena hilangnya rasa persatuan dan kesatuan. Kerajaan Mongol
yang tidak menyembah Allah mengapa mampu menumbangkan kekuatan Islam
yang seharusnya jaya karena adanya kepercayaan bahwa Allah memberikan
rahmat-Nya. Tapi sekali lagi kita mundur dan terbelakang karena Islam
sudah hilang rasa persatuan dan kesatuannya.
Bangsa
Barat sangat mudah memporak porandakan negeri-negeri Islam,
meluluhlantakkan tempat-tempat ibadah dan menghancurkan tempat-tempat
penting yang menjadi tempat perkumpulan Islam. Dan negara-negara Islam
masih belum membuka selimut beranjak menuju oase, membersihkan muka
supaya lebih jernih menatap " apa yang harus aku lakukan untuk agama
Islam ".
Mohon judul postingan ini diperbaiki, bukan zainul madjid. tapi ZAINUDDIN ABDUL MADJID. Terima kasih
BalasHapus