Di Papua terjadi
perang antar suku, di NTB terjadi perang antar desa, di Madura terjadi
bentrok antar kelompok, di Pontianak terjadi bentrok antar mahasiswa,
dan di Jakarta terjadi tawuran antar pelajar. Yang terakhir ini justru
dalam seminggu terjadi dua tawuran yang menelan dua korban jiwa.
Sila ke tiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia seolah
lenyap dari hati sanubari mereka yang sedang bertikai. Yang bersemayam
di dalam dada hanyalah angkara murka. Nilai kebersamaan, kekeluargaan,
dan persaudaraan seolah sirna.
Bhinneka tunggal ika seolah tinggal menjadi slogan kosong
belaka. Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia yang menjadi
ikrar bersama dalam Sumpah Pemuda seolah terlupakan.
Apa jadinya bangsa ini bila para pemuda kehilangan jati
diri mereka sebagai bangsa yang berbudaya dan berkepribadian mulia?
Banyak pemuda yang mengalami degradasi moral, hidup jauh dari tuntunan
agama, menyia-nyiakan shalat, dan memperturutkan hawa nafsu, maka wajar
kalau mereka tersesat.
(Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.) [QS Maryam : 59]
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Padahal sebagai keturunan para nabi kita mestinya tunduk
patuh kepada Allah, tersungkur dengan sujud dan menangis ketika
dibacakan ayat-ayat Allah.
(Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.) [QS Maryam : 58].
أُولَئِكَ
الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ
ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا
تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Dan merasa ni’mat, beruntung dan bangga dengan Islam yang dianugerahkan Allah kepada kita semua.
(Mereka merasa telah memberi ni’mat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa telah memberi ni’mat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan ni’mat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar”.) [QS Al-Hujurat : 17]
يَمُنُّونَ
عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلامَكُمْ بَلِ
اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلإيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ
Saudaraku, hancurnya suatu bangsa dimulai dengan kerusakan
moral generasi mudanya. Oleh karena itu untuk menghindari kehancuran
bangsa ini, pembangunan moral generasi muda harus mendapat prioritas.
Kajian-kajian Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan
As-Sunnah harus dihidupkan dimana-mana. Di kampung, kita gerakkan para
pemuda, ibu-ibu anggota PKK, dan bapak-bapak anggota kelompok ronda
untuk gemar mempelajari dan mengamalkan agama.
Kita utamakan kebersamaan dan kekeluargaan untuk membangun
persatuan dan kesatuan. Kita lapangkan dada menerima perbedaan untuk
menghindari perselisihan dan permusuhan. Harus senantiasa kita segarkan
dalam ingatan kita bahwa bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Di sekolah dan kampus kita gerakkan pada pelajar dan
mahasiswa untuk menyisihkan sebagian waktu mereka guna mendalami agama
dan membangun keimanan dan kepribadian mereka sesuai nilai-nilai moral
yang diajarkan agama. Ilmu tidak akan bermanfaat bagi kehidupan mereka
yang kekal di akhirat tanpa dilandasi iman. Di kantor dan instansi kita
bangkitkan semangat para kolega untuk lebih mendalami agama dan mewarnai
hidup dengan jiwa agama.
Sebagai pemimpin kita tumbuhkan kesadaran sebagai pelayan
ummat. Pemimpin yang berjiwa besar adalah yang mengutamakan sikap
melayani, mengasihi, dan menyayangi ummat. Sebagai orang yang dipimpin
kita tumbuhkan semangat untuk melaksanakan tugas, selama tidak
bertentangan dengan agama.
Orang yang terpimpin yang baik adalah yang menghormati
pimpinannya, tha’at melaksanakan tugas dan berprestasi dalam bidangnya.
Allah akan menilai seluruh aktivitas positif di kampung, di kampus, dan
di kantor sebagai amal shalih bila dilandasi dengan iman yang benar,
yang semuanya akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ketaqwaan
kepada Allah.
Taqwa itulah yang akan menjadi bekal terbaik kita menghadap Allah dalam kehidupan di akherat kelak.
(Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.) [QS Al-Baqarah : 197];
الْحَجُّ
أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا
فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ
يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
(Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan) [Al-Hasyr : 18]
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Hanya orang-orang
yang bertaqwa sajalah yang bisa memakmurkan dunia, membangun
persaudaraan yang hakiki dan menghindari perpecahan dan kehancuran.
Semoga Allah membimbing bangsa Indonesia menuju ketaqwaan, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar