Senin, 24 Desember 2012

Mensyukuri Nikmat Allah

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan rahmat dan ni’mat-Nya kepada kita semua, terutama ni’mat iman dan Islam. Dengan rahmat dan ni’mat-Nya pula kita semua dapat berjalan di atas petunjuk Allah untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيّئَاتِ اَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلّ وَ سَلّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى الِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ.

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan banyaknya ni’mat yang dicurahkan kepada kita, tentunya semakin menjadikan kita sadar sepenuhnya bahwa Islam adalah satu-satunya jalan kebahagiaan dan keselamatan hidup yang hakiki. Kesadaran semacam inilah yang akan menjadikan kita semua senantiasa berjuang li-i’laai kalimatillah, mempertahankan iman dan taqwa sampai akhir hayat. Firman Allah SWT :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [QS. Ali 'Imraan : 102]
Diantara ni’mat Allah yang wajib kita syukuri adalah kita telah disatukan dalam sebuah kebersamaan yang dibangun di atas manhaj Allah dan Rasul-Nya melalui media Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA). Di dalam kebersamaan ini, keimanan kita senantiasa dipacu untuk berjuang semaksimalnya untuk mewujudkan tatanan kehidupan berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah dengan kesiapan menanggung resiko dari perjuangan ini dengan tidak ragu-ragu sedikitpun dalam menghadapi segala bentuk rintangan yang menghadang meskipun harus mengorbankan harta, jiwa dan raga. Allah SWT berfirman :
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَ جَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَ اَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، اُولئِكَ هُمُ الصّدِقُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. [QS. Al-Hujuraat : 15]
Alhamdulillah, tidak terasa perjalanan MTA dalam menjalankan misi dakwah Islamiyah telah menginjak tahun ke 40 – suatu pencapaian usia yang cukup matang untuk sebuah sistem pergerakan. Secara umum, umur 40 tahun– meskipun bukan satu-satunya tolok ukur utama – setidaknya dapat dilihat sebagai puncak dari kematangan seseorang dalam kekuatan spiritual, pemikiran, dan kesadaran. Sebagai warga MTA tentunya kita merasa bahagia dengan penuh syukur kepada Allah, yang dengan pertolongan-Nya MTA dalam mengemban misi dakwah ini bisa berkembang pesat. MTA senantiasa hidup, tumbuh, dan terus berkembang di berbagai belahan bumi Nusantara, bahkan hingga terbentuk juga beberapa binaan di luar negeri.
Semua keberhasilan dalam kebersamaan berkat pertolongan Allah ini menuntut kita untuk lebih bersyukur secara menyeluruh atas berbagai bentuk keni’matan yang ada. Syukur ni’mat dalam hal ini jelas merupakan satu-satunya jalan untuk menggapai keni’matan yang lebih besar lagi sehingga ke depan kita semakin kokoh dalam berjuang li-i’laai kalimatillah. Dan berbagai bentuk kufur ni’mat harus kita hindari, bahkan kita sirnakan, agar Allah tidak mencabut ni’mat ini dengan mengganti adzab yang pedih. Allah SWT berfirman :

وَ اِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لاَزِيْدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. [QS. Ibrahim : 7].
Jika kita perhatikan dengan cermat, dampak dari kekufuran terhadap ni’mat Allah jelas akan berakibat fatal bagi kehidupan kita secara pribadi maupun kebersamaan, karena adzab Allah bisa jadi akan diturunkan dalam beragam wujud yang sangat memprihatinkan tatkala kita kufur terhadap ni’mat Allah yang telah banyak tercurah kepada kita. Allah SWT berfirman:
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلى اَنْ يَّبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مّنْ فَوْقِكُمْ اَوْ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِكُمْ اَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَّ يُذِيْقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرّفُ اْلايتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُوْنَ
Katakanlah, “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. [QS. Al-An'aam : 65]
Dalam kaitannya dengan kebersamaan kita di majlis ini, kemungkinan bentuk adzab yang muncul bisa jadi berupa perselisihan paham, pertikaian, atau semacam pertentangan sesama warga MTA yang berujung pada perpecahan ukhuwah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan. Inilah yang harus kita hindari dengan banyak mendekatkan diri kepada Allah, beriman dan bertaqwa dan mohon ampun kepada-Nya.
Dan jangan sampai apa yang telah kita capai itu semua menjadikan kita bersikap sombong, tetapi hendaklah menjadikan kita semua tawaadlu’ karena sikap sombong sangat dibenci Allah, bahkan diancam tidak akan masuk surga, dan dimasukkan ke neraka. Na’uudzu billaahi min dzaalik. Allah SWT berfirman :

وَ قَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِي اَسْتَجِبْ لَكُمْ، اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ.
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. [QS. Mu’min : 60]
Dalam QS Al-Israa’ Allah SWT juga melarang manusia bersikap sombong :

وَ لاَ تَمْشِ فِى اْلاَرْضِ مَرَحًا، اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ اْلاَرْضَ وَ لَنْ تَبْلُغَ اْلجِبَالَ طُوْل
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. [QS. Al-Israa’ : 37]
Juga dalam QS. Luqman :

وَ لاَ تُصَعّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَ لاَ تَمْشِ فِى اْلاَرْضِ مَرَحًا، اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. [QS. Luqman : 18]
Di dalam hadits-hadits juga banyak disebutkan agar manusia bersifat tawaadlu’ dan tidak berlaku sombong. Diantaranya sebagai berikut :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قَالَ رَجُلٌ: اِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ اَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَ نَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: اِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ اْلجَمَالَ. اَلْكِبْرُ بَطَرُ اْلحَقّ وَ غَمْطُ النَّاسِ
Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari sombong”.  Lalu ada seorang laki-laki bertanya : “Sesungguhnya ada orang senang bajunya itu bagus dan sandalnya bagus, (yang demikian itu bagaimana, ya Rasulullah ?”). Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah itu indah dan suka pada keindahan. Sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim juz 1, hal. 93]
Dan manusia semuanya dari keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Di dalam hadits disebutkan :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَيَنْتَهِيَنَّ اَقْوَامٌ يَفْتَخِرُوْنَ بِاٰبَائِهِمُ الَّذِيْنَ مَاتُوْا: اِنَّمَا هُمْ فَحْمُ جَهَنَّمَ اَوْ لَيَكُوْنُنَّ اَهْوَنَ عَلَى اللهِ مِنَ اْلجُعَلِ الَّذِى يُدَهْدِهُ اْلخِرَاءَ بِاَنْفِهِ. اِنَّ اللهَ اَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبّيَّةَ اْلجَاهِلِيَّةِ وَ فَخْرَهَا بِاْلاٰبَاءِ. اِنَّمَا هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَ فَاجِرٌ شَقِيٌّ. اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ بَنُوْ اٰدَمَ وَ اٰدَمُ خُلِقَ مِنَ التُّرَابِ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersaba, “Hendaklah orang-orang itu berhenti dari membanggakan nenek-moyang mereka yang telah mati, sesungguhnya mereka itu menjadi bara api Jahannam, atau orang-orang itu akan menjadi lebih hina menurut pandangan Allah daripada kumbang pemakan kotoran yang mendorong kotoran dengan moncongnya. Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian kesombongan jahiliyyah dan berbangga dengan nenek moyang. Sesungguhnya manusia itu hanya (ada dua), orang mukmin yang thaat atau orang jahat yang celaka. Manusia semuanya adalah keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah”. [HR. Tirmidzi juz 5, hal. 390]
Dan Allah berfirman :

ياَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مّنْ ذَكَرٍ وَّ اُنْثى وَ جَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَّ قَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا، اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ اَتْقيكُمْ، اِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [QS. Al-Hujuraat : 13]
Begitulah ancaman Allah SWT terhadap orang-orang yang sombong. Maka kita harus bersikap tawaadlu’. Dan Allah akan menambah derajat kemuliaan kepada hamba-Nya yang tawaadlu’. Di dalam hadits disebutkan:

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَ مَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ اِلاَّ عِزًّا. وَ مَا تَوَاضَعَ اَحَدٌ ِللهِ اِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Shadaqah itu tidak akan mengurangi harta. Dan tidaklah Allah menambah kepada seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang bertawaadlu’ karena Allah, kecuali Allah mengangkat derajat orang itu”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2001]
Maka dengan 40 tahun MTA ini, marilah kita gunakan untuk muhasabah, bagaimana ibadah kita kepada Allah, bagaimana shalat kita, bagaimana bhakti kita kepada kedua orang tua, bagaimana tanggungjawab kita kepada anak, istri, keluarga dan hubungan kita kepada sanak saudara, tetangga, faqir miskin, anak yatim dan masyarakat di sekitar kita ?. Apakah kita sudah tersentuh untuk menolong orang yang kesulitan dan memerlukan pertolongan, dan sebagainya ?.
Maka jawabnya ada pada diri kita masing-masing. Marilah, dengan memohon pertolongan dari Allah, kita perbaiki apa yang menjadi kekurangan kita, dan kita tingkatkan amal kebaikan kita, dan kita jaga keikhlasan kita. Dengan 40 tahun MTA, dan perkembangan MTA yang begitu pesat, hendaklah menjadikan kita semakan tawaadlu’, lebih mendekatkan diri kepada Allah, dan mohon ampun kepada-Nya, sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya :

اِذَا جَآءَ نَصْرُ اللهِ وَ الْفَتْحُ. وَ رَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللهِ اَفْوَاجًا. فَسَبّحْ بِحَمْدِ رَبّكَ وَ اسْتَغْفِرْهُ، اِنَّه كَانَ تَوَّابًا
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (1)
Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, (2)
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (3) [QS. An-Nashr : 1-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar