Pertengahan Bulan Sya’ban sudah hampir berlalu. Ramadhan 1433
H tinggal beberapa hari lagi. Waktu terus berjalan, tanpa pernah
berhenti. Hari yang berganti hari, bulan yang berganti bulan, dan tahun
yang berganti tahun, dalam semua perputaran waktu itu Allah SWT
senantiasa mencurahkan Rohman dan Rokhimnya kepada kita.
Sobat, Allah dalam Al Qur’an memberikan arahan kepada kita sebagai hamba untuk selalu mempersiapkan diri untuk esok hari sebagaimana yang tercantum di dalam surat Al- Hasyr ayat 18 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Maka sebelum bulan Ramadhan marilah kita siapkan diri sehingga bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan maksimal dan menjadi pribadi Taqwa sesuai tujuan Shaum.
Pertama, adalah Ruhiyah. Persiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas. Pengokohan aqidah adalah pondasi utama dalam persiapan ruhiyah ini. Tanpa aqidah yang benar, bisa jadi seseorang justru terjatuh dalam syirik. Dan kesyirikan selamanya takkan berbuah keikhlasan. Aqidah yang benar adalah kuncinya. Karenanya surat di dalam Al-Qur’an yang kesemuanya membahas aqidah dinamakan surat Al-Ikhlas.
Membersihkan hati atau tazkiyatun nafs juga hal yang urgen dilakukan dalam menyambut tamu Allah yang istimewa ini. Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:
Maka lakukan evaluasi diri (muhasabah) apakah penyakit aqidah masih menjangkiti diri kita. Selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.
Dan mustinya menyambut Ramadhan dengan berbagai kesyirikan (maaf: terkadang dengan dalih budaya) harus ditinggalkan. Berani katakan TIDAK untuk kegiatan-kegiatan menyambut Ramadhan yang tidak syar’i.
Kedua adalah Fikriyah. Kunci amal adalah Ilmu. Dan Ngaji adalah sarana beramal mencari ilmu. Sebelum Ramadhan tiba, kita harus membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, I’tikaf, zakat, dan sebagainya.
Berlalu masa setahun, seringkali diri ini lupa akan materi-materi seputar Ramadhan, dan sebagai orang beriman wajib untuk “tidak bosan” mengulangi pelajaran-pelajaran seputar bulan puasa. Karena pada dasarnya itu malah menguatkan keimanan bagi orang yang berhati bersih.
Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar? Pemahaman ilmu syar’i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda :
Ketiga adalah jasadiyah. Ramadhan membutuhkan persiapan fisik yang sehat. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya.
Kita diharapkan tetap PRODUKTIF dengan kegiatan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Dan jauh dari sifat kemalasan, apalagi dengan mengkambing hitamkan puasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya. Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar’i dalam hadits nabi:
Bagi yang ditakdirkan sakit ketika bulan Ramadhan tidak perlu kecil hati, tetap berusaha dengan maksimal. Allah selalu melihat PROSES hamba-Nya yang sedang mengoptimalkan diri dalam menjalankan perintah-Nya.
Terakhir adalah persiapan maliyah. Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan BUKANLAH untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, sibuk mencari bekal oleh-oleh mudik dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja ini berlaku bagi yang mampu.
Rasulullah SAW mencontohkan bahwa beliau yang begitu dermawan di hari-hari biasa, dan bertambah SANGAT dermawan di bulan Ramadhan mengalahkan angin yang berhembus.
Kedermawanan Rasulullah SAW bertambah hebat ketika bulan Ramadhan. Ini mengajarkan kepada umat beliau bahwa Ramadhan sebagai bulan dimana kita harus back on the right track. Melipatgandakan kebaikan yang biasa dilakukan, menguatkan diri dalam perjuangan dakwah, bertobat dari kesalahan dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan. Mari kita mulai dari diri ini, keluarga dan sekitar. insyaAllah cita-cita meraih Taqwa bisa dicapai.
Walaupun kurang sak-nil, bisa jadi kita tidak bisa bertemu lagi dengan Ramadhan, karena usia yang rahasia. Maka lakukan yang terbaik! Saat ini juga. Mari perkuat Ukhuwwah dan Istiqomah dalam Amal Shalih
Setelah kenikmatan terbesar berupa iman, maka kenikmatan-kenikmatan lainnya dianugerahkan kepada kita tanpa bisa kita hitung jumlahnya, bahkan seringkali tidak kita sadari kehadirannya. Yakni nikmat waktu, kesempatan yang diberikan Allah kepada manusia. Maka, bersyukurlah atas nikmat Allah yang tiada tara ini.Diantara kenikmatan itu adalah sampainya usia kita di akhir bulan Sya’ban ini. Sebentar lagi kita akan memasuki bulan yang penuh dengan keutamaan. Yakni bulan Ramadhan. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita siap dalam menyambutnya? Atau jangan-jangan kita malah berkesah diri karena memasuki bulan dengan beban berat. Atau bahkan tidak peduli, karena sedang tenggelam dengan aneka kesibukan duniawi?? Ataukah memang sedang berencana dan menyambutnya?
Jika para sahabat telah mempersiapkan diri dua bulan sebelum Ramadhan tiba bagaimana dengan kita?, sebagaimana doa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ
Ya Allah, berkahilan kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta berkahilah kami di bulan Ramadhan (HR. Ahmad)Sobat, Allah dalam Al Qur’an memberikan arahan kepada kita sebagai hamba untuk selalu mempersiapkan diri untuk esok hari sebagaimana yang tercantum di dalam surat Al- Hasyr ayat 18 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Maka sebelum bulan Ramadhan marilah kita siapkan diri sehingga bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan maksimal dan menjadi pribadi Taqwa sesuai tujuan Shaum.
Pertama, adalah Ruhiyah. Persiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas. Pengokohan aqidah adalah pondasi utama dalam persiapan ruhiyah ini. Tanpa aqidah yang benar, bisa jadi seseorang justru terjatuh dalam syirik. Dan kesyirikan selamanya takkan berbuah keikhlasan. Aqidah yang benar adalah kuncinya. Karenanya surat di dalam Al-Qur’an yang kesemuanya membahas aqidah dinamakan surat Al-Ikhlas.
Membersihkan hati atau tazkiyatun nafs juga hal yang urgen dilakukan dalam menyambut tamu Allah yang istimewa ini. Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya (QS. Asy-Syams : 9)Maka lakukan evaluasi diri (muhasabah) apakah penyakit aqidah masih menjangkiti diri kita. Selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘Alaih)Dan mustinya menyambut Ramadhan dengan berbagai kesyirikan (maaf: terkadang dengan dalih budaya) harus ditinggalkan. Berani katakan TIDAK untuk kegiatan-kegiatan menyambut Ramadhan yang tidak syar’i.
Kedua adalah Fikriyah. Kunci amal adalah Ilmu. Dan Ngaji adalah sarana beramal mencari ilmu. Sebelum Ramadhan tiba, kita harus membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, I’tikaf, zakat, dan sebagainya.
Berlalu masa setahun, seringkali diri ini lupa akan materi-materi seputar Ramadhan, dan sebagai orang beriman wajib untuk “tidak bosan” mengulangi pelajaran-pelajaran seputar bulan puasa. Karena pada dasarnya itu malah menguatkan keimanan bagi orang yang berhati bersih.
Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar? Pemahaman ilmu syar’i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah SAW bersabda :
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama (Muttafaq ‘Alaih)Ketiga adalah jasadiyah. Ramadhan membutuhkan persiapan fisik yang sehat. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya.
Kita diharapkan tetap PRODUKTIF dengan kegiatan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Dan jauh dari sifat kemalasan, apalagi dengan mengkambing hitamkan puasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya. Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar’i dalam hadits nabi:
المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)Bagi yang ditakdirkan sakit ketika bulan Ramadhan tidak perlu kecil hati, tetap berusaha dengan maksimal. Allah selalu melihat PROSES hamba-Nya yang sedang mengoptimalkan diri dalam menjalankan perintah-Nya.
Terakhir adalah persiapan maliyah. Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan BUKANLAH untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, sibuk mencari bekal oleh-oleh mudik dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja ini berlaku bagi yang mampu.
Rasulullah SAW mencontohkan bahwa beliau yang begitu dermawan di hari-hari biasa, dan bertambah SANGAT dermawan di bulan Ramadhan mengalahkan angin yang berhembus.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ،
وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ،
وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ
الْقُرْآنَ ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ
بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Rasulullah SAW adalah orang yang paling murah hati, lebih-lebih
ketika bertemu Jibril di bulan Ramadhan. Beliau bertemu Jibril pada pada
setiap malam bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur’an. Maka sifat murah
hati Rasulullah melebihi hembusan angin (HR. Bukhari)Kedermawanan Rasulullah SAW bertambah hebat ketika bulan Ramadhan. Ini mengajarkan kepada umat beliau bahwa Ramadhan sebagai bulan dimana kita harus back on the right track. Melipatgandakan kebaikan yang biasa dilakukan, menguatkan diri dalam perjuangan dakwah, bertobat dari kesalahan dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan. Mari kita mulai dari diri ini, keluarga dan sekitar. insyaAllah cita-cita meraih Taqwa bisa dicapai.
Walaupun kurang sak-nil, bisa jadi kita tidak bisa bertemu lagi dengan Ramadhan, karena usia yang rahasia. Maka lakukan yang terbaik! Saat ini juga. Mari perkuat Ukhuwwah dan Istiqomah dalam Amal Shalih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar